REGA ROMI
3EA19
15211932
SUMBER
DAYA KONSUMEN
Konsumen memiliki tiga
sumber daya utama yang mereka gunakan dalam proses pertukaran dan melalui
proses ini pemasar memberikan barang dan jasa. Terdapat 3 (tiga) sumber daya
konsumen di antaranya sebagai berikut :
1.
Sumber Daya
Ekonomi.
2.
Sumber Daya Temporal.
3.
Sumber Daya Kognitif.
Ini berarti bahwa
pemasar bersaing untuk mendapatkan uang, waktu, dan perhatian konsumen. Sumber
daya lain, seperti energi, mungkin diperlukan untuk berbelanja dan konsumsi,
tetapi uang, waktu, dan perhatian adalah yang utama. Bukan hanya jumlah waktu
dan sumber daya ekonomi yang menentukan perilaku konsumen. Persepsi konsumen
mengenai sumber daya yang tersedia, atau apa yang akan tersedia pada masa
datang, juga penting dalam keputusan pembelanjaan dan juga mempengaruhi
ketersedian untuk menggunakan uang atau waktu produk. Jadi, ukuran kepercayaan
konsumen mungkin berguna dalam meramalkan penjualan masa dating berdasarkan
kategori produk.
SUMBER DAYA EKONOMI
Keputusan konsumen
sehubungan dengan produk dan merek sangat dipengaruhi oleh jumlah sumber daya
ekonomi yang mereka punyai atau mungkin mereka punyai pada masa dating. Untuk
menjadi konsumen diperlukan uang. Kartu kredit juga memadai. Di dalam era yang lebih
awal, barter-pertukaran barang dengan barang-lazim dilakukan. Barter masih
penting di dalam masyarakat yang kurang maju dan hingga batas tertentu di dalam
ekonomi bawah tanah dari masyarakat maju. Ada ‘’ekonomi informal’’ yang besar
di mana orang membarter atau membeli barang dan jasa dengan cara yang kerap
lolos dari pembuatan catatan dan mungkin pajak. “pemakai berat” ekonomi
informal adalah orang yang kaya, berpendidikan tinggi, dan termasuk muda.
Sumber daya
ekonomi-seperti pendapatan atau kekayaan –adalah variable pertama yang harus
dianalisis di dalam perilaku konsumen, dengan studi yang dirunut kembali hingga
tahun 1672. Studi pertama, dengan basis statistik yang layak diterbitkan oelh
Ernest Engel’s Laws of Consumption” (Kaidah Engel mengenai Konsumsi). Kaidah
tersebut mengandung empat proposisi mengenai hubungan antara pendapatan
keluarga dan proporsi yang dibelanjakan untuk kategori seperti makanan,
pakaian, pondokan, dan “lain-lain” (pendidikan, kesehatan, rekreasi, dan
sebagainya).
Sumber Daya Ekonomi yang
lain diluar pendapatan juga mempengaruhi perilaku konsumen. Yang paling penting
adalah kekayaan (nilai bersih) dan kredit. Kekayaan, yang diukur menurut
asset atau nilai bersih, berkorelasi dengan pendapatan. Variasi primer adalah
konsumen tua cenderung memiliki proporsi kekayaan yang lebih besar dibandingkan
konsumen yang lebih muda. Keluarga kaya menghabiskan uang mereka untuk
pelayanan, perjalanan, minat, dan investasi lebih banyak daripada yang
dihabiskan oleh tetangga mereka untuk perlengkapan rumah, peralatan, alat
hiburan, dan produk serupa tidak terlalu tinggi karena keluarga kaya biasanya
berada dalam tahap yang belakangan dari siklus kehidupan dan tidak
berkepentingan untuk melengkapi rumah baru atas membuat pembelian tambahan untuk
peralatan besar.
Kredit memperluas sumber
pendapatan, setidaknya untuk suatu periode waktu . sebenarnya karena biaya
kredit harus dikurangi dari ketersediaan sumberdaya total milik konsumen,
kredit mengurangi kemampuan membeli barang dan jasa dalam jangka pangjang.
Meskipun begitu, orang Amerika semakin bersedia menggunakan kredit untuk
perluasan sementara dari sumber daya ekonomi mereka. Kepala rumah tangga yang
lebih muda lebih mungkin mendukung piminjaman daripada rumah tangga yang lebih
tua. Orang Amerika paling bersedia meminjam untuk mobil, tagihan pengobatan,
atau alasan pendidikan. Rumah tangga yang lebih muda dan mereka dengan
pendapatan yang lebih tinggi lebih bersedia meminjam, apapun alasannya.
SUMBER DAYA TEMPORAL
Waktu menjadi variabel
yang semakin penting dalam memahami perilaku konsumen karena kemiskinan waktu
yang semakin banyak dialami orang Amerika. Jam yang dihabiskan di tempat kerja
setiap minggu (termasuk waktu pulang pergi, pekerjaan rumah tangga, dan
pekerjaan sekolah) meningkat dari 40,6 jam pada tahun 1973 menjadi 47,3 pada
tahun 1984. Pada waktu yang sama, rata-rata jumlah jam yang tersedia untuk
waktu senggang tuun dari 26,2 jam menjadi 18,1 jam perminggu.
Salah satu variabel yang
paling individual dari perilaku manusia berhubungan dengan bagaimana orang
menggunakan anggaran waktu mereka. Kebanyakan dihabiskan untuk bekerja, tidur,
dan kegiatan wajib lain. Namun, suatu bagian dihabiskan untuk kegiatan yang
sangat pribadi yang disebut waktu senggang (leisure), yang mencerminkan baik
keperibadian maupun preferensi gaya hidup.
Sumber daya konsumen
terdiri atas dua kendala anggaran: anggaran uang dan anggaran waktu. Sekarang
kita ingin melihat anggaran waktu yang harus digunakan oleh konsumen untuk
mencerminkan preferensi gaya hidup pribadi mereka. Walaupun pendapatan yang
meningkat memungkinkan konsumen membeli segalanya lebih banyak, pendapatan
tersebut tidak mungkin mengerjakan segalanya lebih hal, sebagaimana berlawanan
dengan membeli banyak hal, sebagaimana berlawanan dengan membeli banyak hal,
memerlukan sumber daya tambahan: waktu. Sementara anggaran uang tidak mempunyai
keterbatasan perluasan teoritis, waktu memiliki kendala pokok.
Kerena pendapatan yang
leluasa digunakan terus meningkat di dalam masyarakat, pasar untuk barang atau
jasa yang berhubungan dengan waktu menjadi lebih penting. Kelangkaan
menciptakan nilai. Untuk konsumen yang kaya, perhatian utama menjadi pembeli
lebih banyak waktu ketimbang lebih produk. Nilai waktu meningkat ketika
anggaran uang meingkat, sehingga meningkatkan kemungkjinan bahwa pemasar
menaikkan nilai produk (dan harga yang sesuai) lebih besar daripada biaya
tambahan karena mengerjakannya.
Secara historis,
anggaran waktu konsumen secara naïf dianggap memiliki komponen : kerja dan
senggang.anggaran waktu konsumen dibagi ke dalam tiga blok: “waktu yang
dibayar”, “waktu wajib”, dan “waktu leluasa”. Lane dan Lindquist menggunakan
system klasifikasi yang sama termasuk waktu yang menghasilkan pendapatan, waktu
terikat (wajib dan nonwajib), dan waktu yang tidak terikat (yang direncanakan
dan tidak direncanakan). Blok waktu leluasa atas waktu tak terikatlah yang
dapat benar-benar dianggap sebagai waktu senggang. Voss menyimpulkan: “waktu
senggang adalah periode waktu yang diacu sebagai waktu yang dapat digunakan
secara leluasa. Itu adalah waktu ketika individu ttidak merasakan masalah
ekonomi, hukum, moral, atau desekan sosial atau kewajiban, tidak pula kebutuhan
fisiologis pilihan bagaimana memanfaatkan waktu itu semata-mata merupakan milik
individu bersangkutan.
Komplikasi tambahan
dalam mendefinisikan kesenggangan terjadi ketika individu dibayar untuk
kegiatan yang mungkin mereka pilih sebagai kegiatan leluasa. Seniman,
professor, dan atlet professional mungkin merupakan contoh individu yang
beruntung dibayar untuk kegiatan yang mereka pilih sebagai kegiatan waktu
senggang mereka.
SUMBER DAYA KOGNITIF
Sumber daya kognitif
menggambarkan kapasitas mental yang tersedia untuk menjalankan berbagai
kegiatan pengolahan informasi. Kapasitas adalah sumber daya yang terbatas.
Dapat mengelola hanya sejumlah tertentu informasi pada satu waktu. Ukuran
kapasitas kerap digambarkan istilah keratan (chunk), yang mewakili suatu unit.
Alokasi kapasitas kognitif dikenal sebagai perhatian (attention). Perhatian
terdiri dari dua dimensi: arahan (direction)intensitas. Arahan menggambarkan
fokus perhatian. Karena konsumen tidak dapat mengolah semua stimulus internal
dan eksternal yang tersedia pada saat tertentu, mereka harus selektif dalam
cara mereka mengalokasikan sumber daya yang terbatas ini. Beberapa stimulus
akan mendapat perhatian, yang lain akan diabaikan.
Intensitas, sebaliknya,
mengacu pada jumlah kapasitas yang difokuskan pada arahan tertentu. Konsumen
akan sering mengalokasikan hanya kapasitas yang diperlukan untuk
mengidentifikasi stimulus sebelum mengarahkan kembali perhatian mereka ke
tempat lain. Pada kesemapatan lain, konsumen mungkin menaruh cukup perhatian
untuk mengerti inti dasar dari iklan bersangkutan. Konsumen kadang mungkin
member konsentrasi penuh kepada iklan tersebut dan menyelidiki secara cermat
pesanannya, seperti konsumen di dalam pasar mobil baru yang membaca iklan
mobil.. kenyataan bahwa kapasitas merupakan sumber daya yang terbatas membawa
sejumlah implikasi penting sehubungan dengan bagaimana konsumen mengolah
informasi dan membuat pilihan produk.
PENGETAHUAN
ISI PENGETAHUAN
Psikolog kognitif
mengemumakan bahwa ada dua jenis pengetahuan dasar : deklaratif dan prosedural.
Pengatahuan deklaratif (declarative knowledge) melibatkan
fakta subjektif yang sudah diketahui, sementara pengetahuan prosedural
(procedural knowledge) mengacu pada pengertian bagaimana fakta ini dapat
digunakan. Fakta ini bersifat subjektif dalam pengertian bahwa fakta tersebut
tidak perlu sesuai dengan realitas objektif.
Pengetahuan deklrataif
dibagai menjadi dua kategori : episodik dan semantik. Pengetahuan episodik(episodic
knowledge) melibatkan pengetahuan yang dibatasi dengan lintasan waktu.
Pengetahuan ini digunakan untuk menjawab pertanyaan, “kapan anda terakhir kali
membeli sejumlah pakaian?” sebaliknya, pengetahuan sematik (semantic
knowledge) mengandung pengetahuan yang digeneralisasikan yang
memberikan arti bagi dunia seseorang. Ini adalah pengetahuan yang akan anda
gunakan dalam mendeskripsikan sebuah barang.
Pengetahuan konsumen di
bagi dalam tiga dibidang umum :
1.
Pengetahuan Produk
(product knowledge)
2.
Pengetahuan Pembelian
(purchase knowledge)
3.
Pengetahuan Pemakaian
(usage knowledge)
PENGETAHUAN PRODUK
Pengetahuan produk
mencakupi :
1.
Kesadaran akan kategori
dan merek produk di dalam kategori produk.
2.
Terminologi produk.
3.
Atribut atau ciri
produk.
4.
Kepercayaan tentang
kategori produk secara umum dan mengenai merek spesifik.
Secara umum, pemasar
paling berminat atas pengetahuan konsumen mengenai merek mereka dan sajian yang
kompetitif. Informasi ini diperoleh melalui analisis kesadaran konsumen dan
citra dari merk yang tersedia.
1.
Analisis
Kesadaran.
2.
Analisis Citra.
3.
Kesalahan Persepsi
terhadap Produk.
4.
Penegtahuan Harga
PENGETAHUAN PEMBELIAN
Pengetahuan pembelian
(purchase knowledge) mencakupi bemacam potongan informasi yang dimiliki
konsumen yang berhubungan erat dengan pemerolehan produk. Dimensi dasar dari
pengetahuan pembelian melibatkan informasi berkenaan dengan keputusan tentang
di mana produk tersebut harus dibeli dan kapan pembelian harus terjadi.
1.
Di mana Membeli.
2.
Kapan Membeli.
PENGETAHUAN PEMAKAIAN
Pengetahuan pemakaian
(usage knowledge) menggambarkan kategori ketiga dari pengatahuan konsumen.
Pengetahuan seperti ini mencakupi inormasi yang tersedia di dalam ingatan
bagaimana suatu produk dapat digunakan dan apa yang diperlukan agar benar-benar
menggunakan produk tersebut. Kecukupan pengetahuan pemakaian konsumen penting
karena beberapa alasan pertama, konsumen tentu saja lebih kecil kemungkinannya
membeli suatu produk bila mereka tidak memiliki informasi yang cukup mengenai
bagaimana menggunakan produk tersebut. Upaya pemasaran yang dirancang untuk mendidik
konsumen tentang bagaimana menggunakan produk pun dibutuhkan. Iklan yang muncul
adalah salah satu contoh dari peningkatkan pengetahuan pemakai dengan member
konsumen informasi langkah demi langkah mengenai bagaimana produk tersebut
dapat digunakan.
Penghalang serupa bagi
pembelian terjadi bila konsumen memiliki informasi yang tidak lengkap mengenai
cara-cara yang berbeda atau situasi di mana suatu produk dapat digunakan.
Penemuan kemampuan aspirin untuk mengurangi resiko serangan jantung mendorng bayer
untuk menginformasikan konsumen mengenai pemakaian baru. Jangan samapai prouduk
yang digunakan secara salah mungkin tidak bekerja dengan benar sehingga
menyebabkan pelanggan merasa tidak puas. Yang lebih buruk lagi, kesalahan dalam
pemakaian dapata menyebabkan cedera tubuh, seperti kecelakaan kerap terjadi
sehubungan dengan gergaji listrik yang dipegang dengan tangan. Upaya seperti
ini sangat lazim, karena pemasar kerap mengidentifikasi dan mempromosikan
pemakai produk baru untuk meningkatkan permintaan , khususnya dalam hal produk
yang sudah matang.
Contoh
Pengetahuan Pemakaian
PENGUKURAN PENGETAHUAN
Pengukuran pengatahuan
objektif (objective knowledge) adalah pengukuran yang menyadap apa yang
benar-benar sudah disimpan oleh konsumen di dalam ingatan. Ukuran pengetahuan
objektif, yang berfokus pada potongan informasi khusus yang mungkin diketahui
konsumen. Dan pilihan akhir untuk menilai pengetahuan adalah dengan menggunakan
ukuran pengetahuan subjektif (subjective knowledge). Pengetahuan ini
sireflesikan oleh pengukuran yang menyadap persepsi konsumen mengenai banyaknya
pengetahuan mereka sendiri. Pada dasarnya, konsumen diminta untuk menilai diri
mereka sendiri berkenaan dengan pengetahuan produk atau keakraban mereka.
Ukuran pengetahuan subjektif berrpusat di sekitar kesan konsumen mengenai
pengetahuan total dan keakraban mereka.
Akhirnya, pertimbangan
diberikan pada metode alternatif untuk pengukuran pengetahuan. Pengalaman
pembelian atau pemakaian, walaupun tentu saja berhubungan dengan pengetahuan,
tidak harus memberikan indikasi yang akurat mengenai beberapa persisnya
informasi yang dimiliki konsumen.
Sumber :
James F. Engel, Roger D.
Blackwell, Paul W. Miniard. (1994). Perilaku Konsumen Jilid 1. Jakarta :
Penerbit Binarupa Aksara.
Gambar : google.co.id/
https://www.google.co.id/imghp?hl=id&tab=wi